Posts

Kegelisahan Yang Menulis Dirinya Sendiri

 Hay. Sudah lama rasanya tidak bersua. Setelah sekian banyak hal terlewati. Kegelisahan itu kembali berjaya. Dia menulis dirinya sendiri. Mencoreng kisah bahagia dengan pilunya. Paradigma dari diri sendiri mulai bermunculan. Terhadap dua ciptaan tuhan yang tak terpisahkan. Masalah dan solusi. Seolah selalu berganti laksana rotasi bumi. Sampai pada akhir sang senja menghilang. Sering sekali kebingungan menyelimuti. Terbata bata. Antah berantah, mencari sebuah akhir kisah hari. Entah bagaimana semesta menempatkanku diposisi yang harus dibantu. Ruang dan cerita selalu terpikir dalam sanubari. Namun kerap terhalang oleh sebuah tembok besar. Waktu, ego, prasaan. Seakan tak hentinya semakin tinggi. Entahlah, apakah kata tidak apa-apa akan menjadi sebuah pengalihan terbaik. Membuat si gelisah tetap meraja. melahirkan diam dan merelakan. Al Farabi Akma | 25/08/23

Malam ini

 Milyaran partikel cair kembali jatuh menerpa bumi. Setelah ribuan detik telah dilalui oleh sang mentari. Berjuang dari timur hingga ufuk barat mengikuti rotasi. Sampai akhirnya, dia tenggelam di lautan lapar. Dan tertelan oleh sebuah gelap. Malam ini, di atas alas empuk berisikan kapuk. Terlentang sebuah makhluk tuhan berselimut gelisah Berteman rindu dan ragu. Seakan Sukma tak mau bersahabat. Membawa alur pikiran antah-berantah hanya kepadanya. Mataku mengarah ke arah jendela yang tertutup kaca bening. Terlihat si rembulan malu kepada awan gelap yang menghalanginya. Di telinga hanya terdengar suara rintikhujan yang jatuh. Membuat malam ini penuh dengan sendu... #alfarabi_2610

Kursi Toko

Aku terduduk kaku diatas kursi coklat didepan toko handphone didalam sebuah mall. Sengaja berbalik arah membelakangi jalan. Menghadap langsung ke jendela kaca toko. Pikirku bisa membuat buku yang sedang kubaca, tidak luput dari fokus. Ribuan orang yang satu persatu berlalu lalang didalam bangunan besar penuh dengan sihir. Sihir yang membuat orang selalu ramai datang. Ku perhatikan orang-orang yang duduk didekat ku dengan posisi yang sama. Terpaku pada sebuah layar benda kecil penuh kemunafikan didalamnya. Sesekali ku alihkan pandanganku ke belakang. Terlihat seorang gadis putih bersih, cantik dengan rambutnya yang terurai. Sedang berdiri dipinggir pembatas lantai terbuat dari kaca. Dan beberapa menit setelah itu. Kupalingkan kembali pandanganku ke tempat gadis tadi berdiri. Ternyata disana sudah ada sepasang kekasih yang sedang bergandengan sambil sibuk dengan handphone masing-masing. Entah apa yang sedang mereka lihat, sehingga tidak menghiraukan satu sama lain. Dan ter...

Tak Kunjung Hilang

  Hay, gimana hari ini? Sehat selalu ya. Dan semoga apa yang kau harapkan setiap harinya untuk selalu bahagia bisa kau dapatkan. Dulu itu adalah pertanyaan biasa yang sering ku tanyakan setiap hari. Tapi sekarang tidak lagi. Aku mulai kehilangan keberanian untuk menanyakan hal itu. Jangankan untuk bertanya. Menghubungimu saja melalui pesan-pesan singkat aku sudah tidak punya keberanian lagi. Takut seandainya itu kulakukan, responmu tidak seperti yang kuharapkan. Sehingga membuatku kecewa. Dan merasa hanya mengganggu waktumu saja. Aku yang mungkin sudah masuk dalam daftar orang yang buruk menurutmu. Sekarang dengan sangat berat hati harus memendam semuanya. Aku lelah belajar untuk memendam. Tapi ternyata itu masih juga gagal. Bukan karena hanya terbiasa, tapi juga aku rasa aku butuh. Tapi iya, bagaimanapun juga aku harus lakukan itu. Menghubungimu. Meskipun sejarak sewindu tak apa. Setidaknya aku sudah berusaha. Tapi suatu saat nanti, akan ku usahakan dan ku kuas...

Aku

 Hay, apa kabar hari ini? Sudah lama rasanya tidak bersua. Semakin bahagia aja. Kamu ingat aku? Iya aku. Orang itu. Aahhh kau pasti ingat itu. Orang yang pernah sebahagia itu tertawa denganmu. Setulus itu tersenyum kepadamu. Dan sekarang, itu tetap ku lakukan ke semua orang. Tapi ada satu hal dibelakang semua itu. Apa tidak terlalu munafik jika aku mengatakan itu adalah sebuah kepalsuan dan kemunafikan? Bagaimana tidak, aku yang harus berusaha tetap baik-baik saja dan bahagia. Disaat alasanku untuk bahagia entah dimana. Dan ini dari aku, iya aku. #alfarabi_2610  

Angan

 Lelah pun jatuh di atas peraduan. Menapaki dirinya sendiri. Lemah tak berdaya mengharap bintang jatuh untuk segera mengucap ingin. Ingin yang tak terhitung. Lalu kata apa yang bisa mewakilkan itu semua? Seketika sebuah angan datang terbawa angin. Menyerahlah!!! Lalu apakah iya harus ku ikuti? Si lelah lalu berkata. Tidurlah, maka aku akan hilang bersama angan itu. Dan akan ku tukar esok dengan sebuah semangat. Al_farabi |  

Muak.

 Beberapa waktu lalu, lampu di kamar kecilku tiba-tiba padam. Ku bangkit dari posisi ternyaman tidurku, untuk menengok ke jendela. Melihat lampu rumah sekitar ternyata ikut padam. Ku tarik nafas dalam-dalam, dan kuhembuskan sembari kembali ke posisi awalku. 30 menit sudah aku terdiam dengan pikiranku yang antah-berantah. Mencoba merasakan nyaman dengan kegelapan ini. Setelah terang yang tadinya membuatku gila merasa mampu hidup dengan bebas, mampu menatap luas, mampu melihat hal indah. Tapi sekarang aku sudah mulai nyaman dengan kenyamanan gelap. Sunyi, sendu, tenang. Seketika semuanya buyar. Disaat lampu kembali menyala. Dan mengalahkan telak si gelap. Semuanya nyaman, seketika hilang. Bersamaan dengan kalahnya si gelap. Ibarat kau yang dulu. Yang dulu pernah memberiku sebuah cahaya yang sampai tak ku kira akan redup dan menghilang. Membuatku kehilangan arah, di tengah kegelapan. Dan saat aku sudah nyaman dalam kegelapan dan ketenangan ku. Kau kembali datang dengan cahaya yang sam...